Berita & Artikel

Kenali Kanker Paru: Gejala, Risiko & Pemeriksaan Awal

Deteksi dini dan kemajuan dalam pengobatan memberikan harapan lebih besar bagi para pasien — namun kesadaran akan risiko dan gejala tetap sangat penting. Kami menjawab pertanyaan Anda seputar gejala, skrining, dan faktor risiko terkait kanker paru.
1. Apa saja gejala awal kanker paru? Apakah bisa terjadi tanpa gejala?
Kanker paru stadium awal biasanya tidak menunjukkan gejala. Itulah sebabnya skrining sangat disarankan bagi individu yang memiliki faktor risiko. Gejala seperti batuk berdarah, nyeri di dinding dada, penurunan berat badan, sesak napas yang memburuk, dan pembengkakan di leher umumnya muncul pada stadium lanjut.
Skrining kanker paru menggunakan CT scan dosis rendah terbukti efektif mendeteksi kanker stadium awal dan mengurangi kematian, khususnya pada individu berusia 50–80 tahun dengan riwayat merokok berat atau memiliki riwayat keluarga dengan kanker paru.
2. Apakah pusing atau batuk sesekali merupakan tanda kanker paru? Tes apa yang digunakan untuk mendeteksinya?
Pusing dan batuk tidak secara khusus menandakan kanker paru. Hal yang penting adalah berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala baru atau menetap lebih dari beberapa minggu, agar dapat diputuskan apakah perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan.
3. Apakah perlu dilakukan skrining paru lebih lanjut jika hasil rontgen untuk bronkitis normal, terutama jika ada riwayat keluarga?
Setelah satu kali mengalami bronkitis, skrining rutin kanker paru tidak diperlukan bagi individu pada umumnya.
Namun, jika seseorang mengalami pneumonia berulang yang menyerang area paru yang sama pada hasil rontgen, CT scan mungkin disarankan untuk memastikan tidak ada kanker. Meskipun belum ada gen spesifik yang terbukti meningkatkan risiko kanker paru dalam keluarga, kasus kanker paru memang kadang ditemukan berkelompok dalam satu keluarga. Oleh karena itu, skrining antara usia 50 hingga 80 tahun disarankan bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker paru.
4. Apakah kanker paru-paru bisa dideteksi melalui tes darah?
Kanker paru umumnya dicurigai melalui pemeriksaan pencitraan seperti CT scan atauPET scan, dan dikonfirmasi melalui biopsi atau tindakan bedah.
Tes darah dapat membantu mengidentifikasi mutasi genetik pemicu kanker dan membantu dokter dalam menentukan terapi yang paling efektif. Namun, penanda kanker dalam darah tidak cukup andal sebagai alat skrining utama. Tes darah multikanker yang mendeteksi fragmen DNA abnormal memang menjanjikan, namun tetap harus digunakan sebagai pelengkap metode standar seperti mammogram (untuk kanker payudara) dan CT scan dosis rendah (untuk kanker paru).
5. Apa saja faktor risiko utama?
Faktor risiko utama adalah merokok, termasuk paparan asap rokok dari perokok lain (perokok pasif). Faktor lingkungan lainnya termasuk polusi udara dari pembakaran bahan bakar fosil, radiasi alami seperti radon, serta paparan zat seperti asbes dan silika. Riwayat keluarga (terutama pada orang Asia) dan penyakit paru kronis seperti TBC juga meningkatkan risiko.
6. Apakah paparan polusi udara atau asbes meningkatkan risiko kanker paru?
Ya. Paparan jangka panjang terhadap polusi udara dan asbes dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru. Serat asbes bisa menyebabkan peradangan dan jaringan parut di paru-paru, serta menyebabkan mesothelioma, jenis kanker langka pada lapisan paru.
7. Jika asap rokok tidak dihirup dalam-dalam seperti pada cerutu, apakah risikonya lebih rendah?
Tidak. Tidak menghirup asap rokok secara dalam bukan berarti merokok menjadi lebih aman. Asap rokok tetap tinggal di udara sekitar dan bisa terhirup oleh orang lain. Yang lebih penting, meskipun hanya diisap ringan, tetap dapat meningkatkan risiko kanker pada mulut, tenggorokan, dan kerongkongan.
DIPOSTING DI | Pencegahan Kanker |
LABEL | lung cancer |
DITERBITKAN | 01 Juli 2025 |