Berita & Artikel
Radioterapi: Mitos umum
Radioterapi adalah pengobatan yang lazim untuk penyakit kanker, namun seringkali disalahartikan oleh banyak orang. Dr Lee Kuo Ann, seorang onkolog radiasi di Parkway Cancer Centre, mematahkan beberap mitos itu.
Radioterapi terbukti memberikan banyak manfaat dalam mengatasi kanker. Metode ini bersifat non-invasif dan mempertahankan fungsi organ. Radioterapi menjadi salah satu bentuk pengobatan kanker yang paling umum – teknologi ini memberi peran kuratif, adjuvant dan paliatif. Kanker-kanker seperti kanker payudara, otak, kepala dan leher, prostat, kantung kemih rahim dan serviks, paru-paru, esofagus, anal dan limfoma para umumnya dapat diobati dengan radioterapi. Namun, ada sejumlah hal yang dipahami secara kurang tepat mengenai radioterapi. Berikut ini diantaranya.
Mitos 1: Radioterapi akan menyebabkan rambut saya rontok
Tak seperti halnya kemoterapi yang mana dapat menimbulkan efek sistemik ke seluruh tubuh, rambut rontok setelah radioterapi terjadi hanya di area yang diterapi. Contohnya, untuk radioterapi terhadap payudara, rambut rontok hanya mungkin terjadi di sekitar ketiak, namun tidak akan ada rambut rontok di kulit kepala. Rambut rontok di kepala hanya akan terjadi jika dilakukan radioterapi terhadap otak.
Mitos 2: Radioterapi itu sakit
Seperti mengambil gambar dengan sinar-X, pemberian radioterapi tidak terasa dan benar-benar tidak terasa sakit. Namun, beberapa pekan setelahnya, bisa jadi akan timbul nyeri di kulit dan kulit kering di sekitar area yang pernah disinar. Jika pengobatan dilakukan di kepala dan leher, maka efek sampingnya bisa timbul sariawan di mulut atau tenggorokan. Jika terapi diberikan di sekitar panggul, bisa jadi akan muncul kram perut, diare atau urgensi kemih. Gejala-gejala ini bersifat sementara dan biasanya dapat diredakan dengan obat-obatan. If the treatment is to the head and neck, there can be throat or mouth ulcers. If the treatment is to the pelvis, there could be bowel cramps, diarrhoea or urinary urgency. These symptoms are temporary and can usually be relieved with medication.
Mitos 3: Radioterapi akan mengebabkan tubuh saya menjadi bersifat radioaktif
Sebagian besar radioterapi, baik eksternal dan internal, tidak meninggalkan bahan radioaktif di dalam tubuh, sehingga pasien tidak akan radioaktif setelah pengobatan, dan itu benar- benar aman untuk orang-orang tercinta di sekitar pasien, anak-anak, dan bahkan jika pasien harus berbagi makanan dengan orang lain.
Kejadian material radioaktif yang tertinggal di dalam tubuh hanya terjadi pada pengobatan special tertentu saja. Dalam kasus seperti di atas dokter akan memberikan saran yang jelas kepada pasien mengenai batasa-batasan aman kepada pasien dan keluarganya. Contoh dari pengobatan yang dimaksud adalah penanaman biji radioiodine permenen untuk kanker prostat dan pengobatan radioiodine untuk kanker tiroid.
Mitos 4: Radioterapi meningkatkan peluang munculnya kanker payudara
Radioterapi sedikit meningkatkan peluang berkembangnya kanker di area yang diradiasi. Pada orang dewasa, risiko munculnya kanker akibat radiasi hanya sekitar 1 dari 150 hingga 1 dari 200 kasus.
Manfaat dari terapi radiasi pada penyembuhan kanker atau menurunkan angka kekambuhan kanker setelah operasi jumlahnya jauh lebih besar ketimbang risiko timbulnya kanker akibat radiasi.
Mitos 5: Radioterapi memutasi gen saya dan saya akan mewariskannya kepada anak-anak saya
Kendati radioterapi bisa menyebabkan mutase sel pada bagian tubuh yang diobati, namun, kebanyakan organ tersebut akan memperbaiki sel dengan mekanisme perbaikan mereka sendiri. Dan juga, radiasi biasanya tidak melibatkan sel-sel ‘lapisan germinal’ di testis atau indung telur pada rahim dan karenanya tidak akan diturunkan kepada anak si pasien.
Ketika radiasi harus diberikan kepada wanita yang sedang hamil, perawatan ekstra harus diberikan untuk menghindari terpaparnya janin dari radiasi. Jika pasien diduga sedang mengandung, maka ia harus memberitahukan tim medis sebelum perencanaan radiasi dibuat.
Mitos 6: Radioterapi bisa mengebabkan kanker menyebar
Radioterapi sangat sering diberikan terlambat dalam perjalanan kanker seseorang untuk meringankan gejala, dan seringkali setelah kanker berubah menjadi resisten terhadap kemoterapi dan menyebar luas atau saat pasien sudah terlalu lemah untuk bisa menerima terapi apapun.
Kanker stadium terminal akan mengambil jalannya sendiri tak peduli usaha pengobatan apa yang telah dilakukan terhadapnya. Pada kasus seperti ini, kerabat pasien bisa saja membentuk kesalahpahaman sendiri bahwa radioterapi yang diberikan sesaat sebelum kematian orang tercinta mereka menyebabkan tumor berkembang dan hal itu mengakibatkan pasien meninggal. Tapi ini tidaklah benar.
DIPOSTING DI | Perawatan Kanker |
Label | kanker & kehamilan, kesalahpahaman, mutasi kanker, radioterapi (terapi radiasi), rambut rontok kanker |
Baca Selengkapnya Tentang | Kanker Prostat |
DITERBITKAN | 04 Juni 2016 |