Berita & Artikel

Bertahan Hidup dari Kanker melalui Kasih Sayang & Ketangguhan di Luar Negeri

Setelah berhasil mengalahkan kanker ovarium pada tahun 2016, Ny. Nargis tidak menyangka akan menghadapi ancaman kesehatan lainnya hanya dua tahun kemudian. Berkat dukungan tanpa henti dari keluarganya, ia bangkit dengan lebih kuat, menyambut kehidupan dengan kejernihan dan rasa syukur yang baru.
Kehidupan Ny. Nargis pada usia 50-an terasa kaya dan penuh makna. Sebagai ibu rumah tangga yang berdedikasi asal Bangladesh, ia bangga merawat kedua putranya dan menemukan kebahagiaan dalam ritme kehidupan keluarga—menyiapkan hidangan, merawat orang-orang tercinta, dan menciptakan suasana rumah yang hangat.
Namun, pada tahun 2015, segalanya berubah. Setelah mengalami keluhan kesehatan yang berlangsung cukup lama, ia memutuskan untuk menjalani pemeriksaan medis. Hasil diagnosis yang diterima menjadi pukulan berat: kanker ovarium.
Kanker ovarium, yang dialami sekitar satu dari setiap 90 hingga 100 perempuan, terjadi ketika sel-sel abnormal pada ovarium atau tuba falopi berkembang secara tidak terkendali dan membentuk tumor.
“Berita itu sangat menghancurkan,” kenang Ny. Nargis. “Saya merasa takut, bingung, dan kewalahan.”
TETAP KUAT DEMI KELUARGA
Cinta yang ia miliki untuk keluarganya menjadi jangkar yang menahannya di tengah badai. Meskipun kedua putranya telah beranjak dewasa, Ny. Nargis tahu ia harus tetap tenang agar semangat mereka tetap terjaga.
“Saya selalu menjadi tempat keluarga saya bersandar,” ungkapnya. “Saya bisa melihat betapa khawatirnya semua orang, terutama anak-anak saya. Jika saya menyerah pada rasa takut, itu hanya akan membuat segalanya lebih sulit bagi mereka. Saya terus meyakinkan diri, ‘Kalau saya bisa tetap kuat, mereka juga akan tetap kuat.’”
Hal serupa dirasakan oleh Bapak Iqbal, suaminya, yang turut memikul rasa tanggung jawab. “Itu adalah momen yang sangat menyakitkan ketika kami mengetahui kabar tersebut. Tetapi saya tahu saya harus kuat untuknya, sehingga saya berusaha menghadapinya dengan fokus pada langkah-langkah praktis yang harus dilakukan selanjutnya.”
MEMILIH PERAWATAN YANG PENUH PERHATIAN DAN EMPATI
Dengan tekad untuk menemukan perawatan terbaik bagi Ny. Nargis, keluarga mulai meneliti berbagai pilihan pengobatan, berfokus pada rumah sakit yang memiliki keahlian medis maju dan rekam jejak yang kuat di bidang onkologi. Meskipun menghadapi tantangan untuk meninggalkan tanah air, mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Singapura.
Pada tahun 2016, ia memulai pengobatan di Singapura. Setelah menjalani beberapa siklus kemoterapi, kondisinya pulih dengan baik dan ia dapat kembali ke rumah, membawa kelegaan besar bagi keluarganya.
COBAAN LAGI, PERJUANGAN KEMBALI
Namun, hanya dua tahun kemudian, pada 2018, cobaan lain datang menghampiri. Saat menjalani pemeriksaan rutin, dokter menemukan benjolan di lehernya. Pemeriksaan lanjutan membuat dokter mencurigai adanya kanker tiroid.
“Ancaman kesehatan kedua dalam waktu sesingkat itu merupakan pukulan yang sangat berat!” kenang Ny. Nargis. “Namun saya bersyukur karena terdeteksi lebih awal.” Kali ini, ia menjalani operasi di pusat spesialis tiroid, diikuti dengan terapi radioiodin dan kemoterapi.
Pertarungan bertubi-tubi ini tidak jarang terasa begitu berat. “Ada kalanya saya merasa putus asa,” ungkap Ny. Nargis. “Namun, iman saya, dukungan keluarga, serta bantuan tim medis membuat saya tetap tegar.”
MENEMUKAN KEKUATAN JAUH DARI RUMAH
Menjalani pengobatan di Singapura pada kedua kalinya berarti harus berada jauh dari segala hal yang akrab di rumah.
Saya merindukan dapur saya, rutinitas saya, dan kenyamanan rumah. Saya merindukan hal-hal kecil dan sederhana, seperti memasak untuk keluarga, mendengar tawa di rumah,” ujar Ny. Nargis.
Meyakinkan dirinya bahwa semua ini hanya sementara, ia menemukan ketenangan dalam iman dan panggilan video rutin bersama orang-orang tercinta di rumah. Kasih sayang yang ditunjukkan oleh tim medis serta kenyamanan fasilitas rumah sakit juga meninggalkan kesan mendalam. Ny. Nargis mengenang, “Para staf seperti keluarga kedua bagi saya. Mereka menanyakan bagaimana perasaan saya secara emosional, dan perhatian mereka membuat segalanya terasa sangat berbeda.”
Shagufta, salah satu staf dari kantor Dhaka, turut mendampingi Ny. Nargis selama konsultasi, pemeriksaan, dan janji tindak lanjut. Ia menceritakan, “Pada setiap sesi kemoterapi, saya selalu berusaha menyemangatinya, menjelaskan obat yang perlu diminum di rumah, dan mengobrol dengannya untuk mengangkat semangatnya.”
Komitmen keluarga untuk memastikan perawatan terbaik bagi Ny. Nargis juga meninggalkan kesan mendalam bagi Shagufta. Ia menuturkan, “Ikatan keluarga mereka benar-benar menginspirasi. Suaminya selalu setia mendampingi dan berkomitmen menjalani pengobatan di luar negeri, bukan karena kemewahan, melainkan karena cinta dan keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya.”
KEBERANIAN YANG HENING DALAM MERAWAT ORANG TERKASIH
Selama kedua periode pengobatan di Singapura, Bapak Iqbal tetap menjadi pendamping setia istrinya. “Berada jauh dari rumah adalah salah satu bagian tersulit,” ujarnya. “Namun kami tetap terhubung dengan anak-anak yang setiap hari mengirimkan pesan dan doa penyemangat. Hubungan itu memberi kami kekuatan.”
Namun, menjadi satu-satunya anggota keluarga yang merawat di Singapura juga memberikan beban tersendiri. Terkadang, setelah seharian di rumah sakit, ia hanya duduk diam, merasakan beratnya situasi. Pada suatu hari, seorang perawat menyadari kelelahan yang ia alami, lalu membawakan secangkir teh dan mengajaknya berbincang. “Tindakan kecil seperti ini mengingatkan saya bahwa tidak apa-apa untuk merasa rapuh, dan saya tidak harus memikul semuanya sendirian,” tuturnya.
Merenungkan perjalanannya sebagai seorang pendamping perawatan, Bapak Iqbal memberikan pesan kepada para pendamping lainnya, “Tidak masalah merasa lelah atau kewalahan. Pastikan Anda makan dengan baik, tidur ketika ada kesempatan, dan beristirahatlah. Anda akan dapat mendukung orang yang Anda cintai dengan lebih baik jika Anda berada dalam kondisi sehat. Bangun hubungan baik dengan tim medis, karena mereka ada untuk membantu pasien sekaligus pendampingnya. Terakhir, tetaplah berkomunikasi dengan keluarga dan teman. Dukungan emosional itu sangat penting.”
LEMBAR HIDUP BARU PENUH RASA SYUKUR
Kini, hampir satu dekade setelah diagnosis pertama, Ny. Nargis menjalani kehidupan yang penuh kebahagiaan. Perjalanannya telah membentuk kembali cara pandangnya terhadap hidup.
“Saya lebih menghargai hal-hal sederhana. Makan malam yang lezat, sore yang tenang, berjalan di taman. Saya belajar untuk hidup di saat ini dan bersikap baik pada diri sendiri,” tuturnya. “Saya juga selalu mengingatkan orang-orang di sekitar saya untuk menjaga kesehatan dan melakukan pemeriksaan rutin.”
Bagi Bapak Iqbal, pengalaman ini menghadirkan sebuah anugerah yang tak terduga—bukti bahwa cinta dan kasih sayang mampu menerangi jalan di masa-masa tergelap. “Perjalanan ini panjang dan penuh tantangan emosional, tetapi membuat kami semakin dekat sebagai pasangan,” ujarnya. “Mendampingi dia di setiap langkah, berbagi perjuangan, dan mendukung proses pemulihannya adalah hal yang akan selalu saya kenang dan syukuri dengan sepenuh hati.”
“Ada kalanya saya merasa putus asa, namun iman saya, keluarga saya, dan dukungan tim medis membantu saya tetap tegar.”
- Ny. Nargis
DIPOSTING DI | Dekat dan Pribadi |
BACA SELENGKAPNYA TENTANG | Kanker Kepala dan Leher, Kanker Ovarium |
DITERBITKAN | 01 Agustus 2025 |