Buat Janji Temu

Menjalani Transplantasi Sel Punca: Perjalanan Menuju Pemulihan

Disumbangkan oleh: Dr Dawn Mya Hae Tha

Mulai dari saat pertama kali didiagnosis hingga masa perawatan setelah transplantasi, inilah gambaran yang biasanya dijalani pasien. Transplantasi sel punca darah, atau lebih singkat disebut transplantasi sel punca, adalah prosedur medis yang digunakan untuk mengatasi beberapa jenis kanker. Proses ini memberi harapan besar untuk sembuh dalam jangka panjang, bahkan bisa benar-benar pulih. Namun, perjalanannya tidak mudah karena menuntut kekuatan fisik dan juga ketabahan mental.

JENIS KANKER APA YANG BISA DIOBATI DENGAN TRANSPLANTASI SEL PUNCA?

Pasien dengan kanker darah tertentu seperti leukemia akut, limfoma, dan multiple myeloma bisa ditangani dengan transplantasi sel punca. Selain itu, beberapa jenis kanker lain di luar kanker darah, misalnya neuroblastoma (kanker saraf pada anak) dan tumor testis, juga dapat diobati dengan cara ini.

BAGAIMANA SEL PUNCA MEMBANTU MELAWAN KANKER?

Sel punca tidak langsung membunuh sel kanker. Fungsinya adalah mengembalikan kemampuan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah baru dan sel kekebalan yang sehat. Dengan begitu, pasien bisa mengalami efek samping yang lebih ringan dari kemoterapi bila setelah kemoterapi diberikan transplantasi sel punca sebagai penopang.

SEPERTI APA PERJALANAN TRANSPLANTASI SEL PUNCA?

Pertama, memastikan bahwa pasien didiagnosis menderita kanker darah. Dokter spesialis darah (hematolog) kemudian menentukan rencana pengobatan sesuai dengan jenis kanker darah yang diderita. Jika ternyata kemoterapi saja tidak cukup efektif, maka transplantasi sel punca akan ditawarkan sebagai bagian dari rencana perawatan. Hampir selalu, pasien akan menjalani kemoterapi atau terapi lain terlebih dahulu untuk mengendalikan kanker darah sebelum akhirnya menjalani transplantasi sel punca.

Ada dua jenis transplantasi sel punca: autologous vs allogeneic.

Autologous stem cell transplant menggunakan sel punca milik pasien sendiri. Tujuannya adalah untuk mengurangi efek samping dari kemoterapi dosis tinggi yang diperlukan untuk mengobati kanker, seperti limfoma atau multiple myeloma. Sel punca pasien akan dikumpulkan sebelum pasien menerima kemoterapi.

Allogeneic stem cell transplant menggunakan sel punca dari donor sehat. Tujuannya adalah untuk memberikan pasien sistem darah dan kekebalan tubuh yang baru agar dapat melawan sisa-sisa sel kanker yang tidak bisa sepenuhnya dihilangkan hanya dengan kemoterapi. Dalam hal ini, diperlukan donor sehat yang sesuai.

BERAPA LAMA PASIEN HARUS DIRAWAT DI RUMAH SAKIT SETELAH PROSEDUR?

Pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk menjalani transplantasi sel punca. Pada tahap awal, pasien akan mendapatkan kemoterapi, yang disebut “conditioning chemotherapy”. Tujuannya adalah untuk membasmi sisa sel kanker sekaligus mempersiapkan tubuh pasien agar bisa menerima sel punca tanpa terjadi penolakan. Sel punca kemudian dimasukkan ketika pasien sudah siap, biasanya pada minggu pertama perawatan di rumah sakit. Pasien tetap dirawat hingga proses pemulihan terjadi, yaitu sekitar dua sampai tiga minggu setelah sel punca dimasukkan.

KAPAN PASIEN AKAN KEMBALI PULIH SEPERTI NORMAL?

Setelah keluar dari rumah sakit, pasien akan datang ke klinik rawat jalan untuk pemeriksaan lanjutan. Jumlah sel darah dan fungsi organ akan dipantau dengan ketat. Obat antivirus dan antijamur diberikan untuk mencegah infeksi. Pada transplantasi sel punca allogeneic, dokter juga memberikan obat penekan imun untuk mencegah kegagalan cangkok atau penyakit graft-versus-host.

Pemulihan hingga kembali ke kondisi semula biasanya memakan waktu sekitar dua sampai tiga bulan pada transplantasi autologous, dan sekitar tiga sampai enam bulan pada transplantasi allogeneic. Selama periode ini, penggunaan obat-obatan akan dikurangi secara bertahap hingga dihentikan.

Sistem kekebalan tubuh pasien tetap lemah selama enam hingga 12 bulan setelah transplantasi. Karena itu, pasien disarankan menjaga kebersihan diri, menghindari keramaian, dan segera mencari pertolongan medis bila merasa tidak sehat.

BAGAIMANA PASIEN DAPAT MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK TRANSPLANTASI SEL PUNCA?

Persiapan Medis

  • Vaksinasi: Pasien mungkin perlu memperbarui imunisasi sebelum terapi.
  • Pemeriksaan gigi: Tindakan perawatan gigi yang diperlukan sebaiknya dilakukan sebelum pengobatan untuk mengurangi risiko infeksi.
  • Pelestarian kesuburan: Kemoterapi dan radiasi dapat memengaruhi kesuburan; pilihan seperti penyimpanan sperma atau sel telur sebaiknya dibicarakan sejak awal.
  • Tes medis: Tes darah dan pemeriksaan organ, seperti pemindaian jantung, akan dilakukan untuk memastikan pasien cukup sehat menjalani terapi.

Penyesuaian Gaya Hidup

  • Nutrisi: Mengonsumsi makanan bergizi sebelum prosedur dapat meningkatkan hasil pemulihan. Ahli gizi mungkin menyarankan pola makan tinggi protein dan tinggi kalori.
  • Kebugaran fisik: Aktivitas ringan sebelum pengobatan dapat membantu pasien lebih kuat menghadapi kemoterapi dan masa perawatan di rumah sakit.
  • Lingkungan rumah: Pemulihan setelah keluar dari rumah sakit memerlukan tempat yang bersih dan minim risiko. Pasien mungkin perlu menyiapkan rumah dengan mengurangi debu, membatasi tamu, dan mengatur dukungan dari pengasuh.

Kesiapan Mental

  • Memahami dengan jelas apa yang akan dijalani dapat mengurangi kecemasan. Sesi edukasi dan pertemuan dengan koordinator transplantasi dapat membantu menjelaskan proses dengan lebih sederhana.

Pasien dianjurkan untuk menentukan seorang pendamping atau pemberi dukungan utama yang akan menemani selama proses, mulai dari kunjungan ke rumah sakit hingga memberikan dukungan emosional.

APA SAJA TANTANGAN UMUM YANG DIHADAPI SELAMA PROSES PERJALANAN INI?

Transplantasi sel punca bukan hanya berat bagi tubuh, tetapi juga memberikan beban psikologis. Berikut adalah beberapa tantangan fisik dan emosional yang umum dialami pasien:

Tantangan Fisik1

Kelelahan: Sering menetap dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan,

  • Infeksi: Sistem kekebalan tubuh sangat lemah setelah transplantasi.
  • Mucositis: Luka atau sariawan yang menyakitkan di mulut dan saluran pencernaan akibat kemoterapi.
  • Gangguan pencernaan: Mual, muntah, dan diare sering terjadi.
  • Penyakit graft-versus-host (GvHD): Pada transplantasi alogenik, komplikasi serius ini dapat memengaruhi kulit, hati, dan usus.
  • Kerusakan organ: Kemoterapi dosis tinggi dapat menimbulkan dampak jangka panjang pada jantung, paru-paru, atau ginjal.

Tantangan Emosional dan Psikologis

  • Isolasi: Karena risiko infeksi, pasien sering terputus dari interaksi sosial normal.
  • Kecemasan dan depresi: Ketidakpastian mengenai hasil, ketakutan akan kambuh, serta perubahan penampilan fisik (misalnya kerontokan rambut) dapat memengaruhi kesehatan mental.

Banyak pusat pengobatan kini menawarkan layanan konseling, kelompok dukungan sebaya, dan terapi berbasis mindfulness untuk membantu pasien menghadapi tantangan emosional ini.

Meskipun transplantasi sel punca membawa tantangan yang besar, prosedur ini juga memberikan harapan akan kesembuhan dan kehidupan baru bagi pasien yang berjuang melawan penyakit serius. Mengetahui apa yang akan dihadapi serta mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun emosional, dapat memberdayakan pasien untuk menjalani perjalanan ini dengan lebih percaya diri.

Perjalanan ini mungkin panjang, tetapi dengan perawatan medis yang terkoordinasi, sistem dukungan yang kuat, dan ketangguhan, banyak pasien yang berhasil keluar bukan hanya sebagai penyintas, melainkan menjadi pribadi yang lebih kuat dari sebelumnya.

1 https://www.parkwaycancercentre.com/sg/treatments/stem-cell-therapy#Benefits-And-Risks

DIPOSTING DI Perawatan Kanker
LABEL kanker darah
DITERBITKAN 01 September 2025