Mengenal Lebih Dekat Perawat Senior PCC


Berdedikasi untuk membantu orang lain

Jeyanthi Anandan berkendara selama empat jam menuju ke dan pulang dari tempat kerjanya setiap hari agar dapat menemani dan merawat para pasiennya.

Perawat Senior Jeyanthi Anandan bertekad kuat untuk melakukan pekerjaannya sehingga ia bersedia untuk melakukan perjalanan selama empat jam setiap harinya. Jeyanthi, yang sebelumnya adalah seorang warga negara Malaysia, tinggal di Johor Bahru dan agar ia tidak terlambat tiba di tempat kerjanya, wanita berusia 39 tahun ini akan masuk ke dalam mobilnya sebelum pukul 5 pagi dan berkendara ke klinik Parkway Cancer Centre (PCC) di Gleneagles Hospital.

Bahkan, membutuhkan waktu satu hingga dua jam untuk tiba di tempat kerja di pagi hari dan pada akhirnya ia tiba di klinik beberapa saat sebelum pukul 6 pagi. “Senin pagi sangatlah parah,” ujar Jeyanthi. Saat pulang bahkan lebih parah karena memakan waktu dua hingga tiga jam akibat kemacetan di Causeway. Meskipun perjalanannya memakan waktu, ia tidak mengeluh karena ia menemukan kepuasan dalam pekerjaannya.

Jeyanthi telah bekerja di PCC sejak tahun 2008 dan kini, pekerjaannya mencakup mengawasi klinik dan membantu para pasien yang datang untuk kemoterapi. Namun, pekerjaannya tidak hanya untuk membuat pasien merasa nyaman dan terhubung. “Tugas saya adalah untuk berbicara kepada pasien dan mendukung mereka secara keseluruhan,” ujarnya. Bila pasien membutuhkan bantuan dalam hal gizi, ia akan mengatur agar seorang ahli diet berbicara kepada mereka. Bila ia melihat seorang pasien tampak depresi, ia akan menghubungi seorang konselor untuk berbicara kepada pasien tersebut. Bagi pasien baru, ia adalah suara yang menenteramkan. “Saya berkata kepada mereka: ‘Anda tidak sendirian, kami di sini bersama Anda. Kami akan mendukung Anda untuk menyelesaikan kemo dengan lancar dan kita akan mengatasi efek sampingnya bersama-sama’.”

Ia juga saling memperkenalkan pasien yang memiliki diagnosis yang sama. Para pasien ini biasanya menggunakan obat-obatan yang sama dan akan mengalami efek samping yang serupa. “Mereka dapat saling mendukung.”

Terkadang tugasnya hanyalah untuk menemani. “Beberapa pasien senang mengobrol, mereka senang menceritakan kisah hidupnya.”

Berbicara dengan pasien dan mengetahui mengenai kehidupan mereka adalah salah satu hal yang ia sukai dalam pekerjaannya. Hasilnya, seiring dengan berjalannya waktu, orang yang ia temui secara teratur menjadi lebih dari sekedar pasien. Namun, hal ini menyulitkan bila ternyata keadaan mereka tidak membaik. “Ketika kita merawat pasien selama beberapa bulan, kita ingin mereka membaik,” ujarnya. Kehilangan seorang pasien menjadi sangat menyedihkan. “Rasanya seperti kehilangan seorang teman, adik atau kakak. Anda merasa kehilangan.”

Namun, sebagai seorang perawat dengan pengalaman selama 17 tahun, ia telah membangun mekanisme untuk mengatasi hal tersebut, seperti misalnya membicarakan mengenai kesedihan dan rasa kehilangan yang dirasakannya kepada rekan kerja dan manajernya.

Karir Jeyanthi sebagai perawat dimulai pada tahun 2001 setelah ia lulus dengan diploma keperawatan dari Universiti Sains Malaysia di Kelantan. Lalu ia bekerja selama satu setengah tahun di kampung halamannya, Johor Bahru, sebelum bergabung dengan ruang rawat transplantasi hati/ruang rawat bedah di Gleneagles Hospital di Singapura. Setelah memperoleh diploma lanjutan dalam bidang onkologi dari Nanyang Polytechnic pada tahun 2007, ia pindah ke PCC.

Ia selalu tertarik untuk bekerja dalam bidang kesehatan, dan sebagai seorang gadis muda, ambisinya adalah menjadi dokter. Namun, karena komitmen keluarganya, ia memilih berkarir dalam bidang keperawatan. Setelah memperoleh diploma, sambil bekerja, ia ingin memperoleh gelar sarjana,  hingga pada akhirnya ia memperoleh pekerjaan di Singapura pada tahun 2003.

Selain gaji yang lebih baik, ia tertarik pada kesempatan untuk bekerja di kota karena ia merasa Singapura memiliki layanan kesehatan yang lebih baik. Selain itu, ia tidak pernah melepaskan harapannya untuk memperoleh gelar sarjana, dan ia tahu ia dapat bekerja sambil kuliah untuk memperoleh gelar sarjana bila ia bekerja di Singapura. Dan ia pun benar-benar melakukannya: Saat bekerja di Gleneagles, ia kuliah paruh waktu dan memperoleh gelar sarjana keperawatan dari kampus Monash University di Singapura pada tahun 2005.

Ia pun melanjutkan kuliahnya dan memperoleh gelar magister keperawatan dari La Trobe University sekitar enam tahun kemudian. Kini, dengan bekal tekad yang sama yang membuatnya mampu melalui perjalanan yang panjang setiap harinya, ia menjalani kuliah di National University of Singapore untuk memperoleh gelar doctor di bidang keperawatan.

Sebagai seorang ibu dari dua anak laki-laki yang berusia enam dan 10 tahun, ia bersantai dengan melewatkan waktu bersama mereka setelah pulang bekerja dan pada akhir pekan. Dari pengalaman hidupnya, ia telah belajar bahwa meskipun karir itu penting, waktu bersama keluarga juga sangat berharga. “Beberapa pasien berkata kepada saya – ‘Kita harus meluangkan waktu lebih banyak untuk bersama dengan keluarga kita.’”

Sebagian karena hal itu pulalah ia mengambil cuti dari kuliah doktornya. “Saran yang saya dapat dari para pasien saya adalah, ‘Lakukan semuanya pada saat yang tepat.’” Dengan tekadnya yang seperti baja dan rekam jejaknya dalam memperbaiki diri, impiannya untuk menjadi seorang dokter, atau semacamnya, memiliki kemungkinan besar untuk menjadi kenyataan. Tentunya pada saat yang tepat.

Jimmy Yap

Label pengalaman dengan pasien kanker, perawat kanker
DITERBITKAN 02 AGUSTUS 2018