Mengenal Lebih Dekat Dr Ang Peng Tiam

Disumbangkan oleh: Dr Ang Peng Tiam

‘Pasien seperti keluarga’

Direktur Medis Parkway Cancer Centre, Dr Ang Peng Tiam, mengisahkan mengenai pekerjaannya serta harapan yang dimilikinya terhadap profesi tersebut.

Mengapa Anda memilih untuk menjadi seorang dokter ahli onkologi medis?

Setelah menyelesaikan pendidikan saya, sebenarnya saya berencana untuk mendalami bidang kardiologi karena sangat populer saat itu.

Namun, Direktur Pelayanan Medis, Dr Kwa Soon Bee, berbicara kepada saya dan menjelaskan bahwa ada kebutuhan yang mendesak untuk mengembangkan tiga disiplin media di Singapura – dimana salah satunya adalah onkologi.

Ia mengatakan bahwa ia membutuhkan orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin dan ia berjanji bahwa saya dapat mencobanya selama enam bulan. “Bila Anda tidak menyukainya, maka Anda dapat masuk ke bidang kardiologi,” janjinya kepada saya.

Setelah enam bulan, saya mengatakan kepadanya bahwa onkologi sangatlah menarik dan saya pun terus berkecimpung di sana.

Pada saat itu, onkologi medis merupakan suatu disiplin yang baru di Singapura. Saat itu belum ada departemen onkologi medis. Saya menghabiskan waktu selama satu tahun di Singapore General Hospital (SGH) dan kemudian mendapatkan beasiswa untuk belajar ke MD Anderson Cancer Center di Houston.

Ketika saya berada di sana, saya bertemu dengan Professor Saul Rosenberg dari Stanford University Medical Center dan ia menawarkan saya posisi sebagai fellow yang digaji di Stanford. Ia mengatakan bahwa saya akan menjadi fellow pertama dari luar negeri yang digaji.

Saya kembali ke Singapura pada tahun 1990 dan dua tahun kemudian, saya menjadi kepala pendiri Departemen Onkologi Medis di SGH. Sebenarnya, pada saat itu, saya adalah satu-satunya dokter ahli onkologi medis terlatih di SGH.

Ketika saya meninggalkan SGH pada tahun 1997, baru ada 20 dokter ahli onkologi medis di seluruh Singapura dan 12 di antaranya ada di SGH.

Kini, terdapat lebih dari 100 dokter ahli onkologi medis terlatih di Singapura, dimana dua pertiganya bekerja di sektor umum. Saya bangga saya memiliki kesempatan untuk membentuk pelatihan bagi para dokter ahli onkologi di Singapura.

Bagaimana keseharian Anda?

Biasanya, saya akan tiba di rumah sakit sebelum jam 7 pagi untuk melihat semua pasien rawat inap saya. Pada pukul 8.30 atau 9 pagi, saya memulai klinik dan saya akan terus bekerja hingga sekitar pukul 6 sore. Sebelum pulang untuk makan malam, saya akan mengunjungi pasien-pasien yang kondisinya lebih parah untuk memeriksa mereka.

Klinik saya buka dari hari Senin hingga Jumat. Pada hari Sabtu dan Minggu, meskipun klinik saya tidak buka, saya tetap melakukan kunjungan. Dan bahkan ketika saya tidak berada di klinik atau di rumah sakit, saya selalu dapat dihubungi melalui layanan penjawab 24 jam. Pasien selalu dapat menghubungi saya selama saya berada di Singapura, bahkan pada pukul 3 dini hari.

Selain menjadi seorang dokter, Anda juga menjadi Direktur Medis di PCC. Bagaimanakah cara Anda menyeimbangkan kedua peranan ini?

Sepanjang yang menyangkut diri saya, peran utama saya adalah sebagai seorang dokter. Sekitar 90 persen waktu saya dihabiskan untuk merawat pasien. Semua dokter yang direkrut oleh PCC adalah konsultan yang sangat senior di bidangnya masing-masing, dan sebagai seorang direktur medis, tugas saya sifatnya lebih administratif daripada melakukan pengawasan.

Saya memberikan beberapa panduan mengenai ke arah mana grup ini hendak menuju, dan saya memiliki sebuah tim yang sangat baik yang terdiri dari rekan-rekan senior sehingga saya dapat memusatkan perhatian saya kepada para pasien, dimana sebenarnya saya menyukai hal ini.

Kehilangan pasien adalah hal yang tidak terelakkan dalam perjalanan dokter mana pun. Bagaimana Anda mengatasinya dari segi emosional dan psikologis?

Kami jadi mengenal beberapa pasien dengan sangat baik sehingga mereka hampir seperti keluarga sendiri. Sangatlah sulit bagi kami untuk tidak terpengaruh secara emosional. Saya teringat akan seorang pasien bernama Rachel, yang meninggal di awal usia 30-an. Ketika saya menuliskan sertifikat kematiannya, saya menangis tersedu-sedu hingga semua tulisan pun menjadi luntur.

Namun sebagai dokter, kami selalu mencoba untuk menjaga obyektivitas dan membuat sedikit jarak. Tanpa hal tersebut, kebanyakan dari kami akan menjadi rongsokan yang emosional dan kami tidak akan dapat berfungsi.

Untuk mengatasinya, saya berdoa. Saya adalah seorang Kristen, namun saya menghormati semua pilihan – saya percaya bahwa orang harus  dibiarkan untuk menemukan kedamaian dengan cara yang mereka rasa tepat.

Bagaimana Anda menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga? Apa yang Anda lakukan untuk beristirahat setelah bekerja atau pada saat akhir pekan?

Saya gembira untuk mengatakan bahwa terlepas dari jam kerja saya yang panjang, saya berhasil memiliki kehidupan keluarga yang bahagia. Saya memiliki empat orang anak, dua di antaranya sudah bekerja. Anak-anak saya adalah sahabat saya. Anak perempuan saya baru saja menikah dan banyak orang yang hadir di pernikahannya mengomentari mengenai bagaimana akrabnya kami sebagai sebuah keluarga.

Saya sangat bersyukur istri saya memainkan peran yang sangat penting dalam memastikan bahwa anak-anak belajar dengan giat dan juga menanamkan nilai-nilai yang baik pada mereka. Mereka adalah anak-anak yang penuh perhatian, mereka memiliki belas kasihan pada orang-orang yang berkekurangan, sakit dan lanjut usia.

Untuk bersantai, saya membaca, menonton televisi dan film, bermain golf. Hari Minggu adalah untuk ke gereja. Setelah pulang dari gereja, istri saya dan saya mencoba untuk menonton sebuah film.

Saya suka makan. Saya menyukai makanan jajanan Singapura – mie udang, bubur Tiociu, Samy’s Curry. Sesungguhnya, setiap hari Sabtu, istri saya dan saya makan siang di Samy’s.

Untuk makan malam di hari Minggu, semua kakak-beradik Ang bergantian menjamu makan malam, baik di rumah ataupun di luar rumah.

Apakah harapan Anda secara pribadi dan profesional untuk masa yang akan datang?

Tentu saja kami semua mengharapkan adanya pengobatan yang lebih baik dan hasil yang lebih baik. Salah satu masalah terbesar adalah bagaimana pasien akan membiayai pengobatannya. Harga obat-obatan terus melambung tinggi daripada turun. Kami ingin memiliki obat-obat baru, namun kami juga ingin pasien dapat merasakan manfaat dari obat-obat baru tersebut. Kami rasa caranya adalah melalui asuransi kesehatan.

Apa yang Anda harapkan bagi masyarakat dan para pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai kanker?

Di masa lalu, kanker tidak dapat diobati dan sifatnya terminal. Kini, pada beberapa pasien dapat diharapkan terjadinya kesembuhan dan pengobatan dapat dilakukan untuk mengendalikan dan memperpanjang hidup pada pasien-pasien lainnya.

Ketika saya pertama kali berkecimpung di bidang onkologi, Anda dapat menghitung jumlah obat yang tersedia dengan jari tangan Anda.

Kini, berkat kemoterapi, terapi hormonal, terapi yang ditargetkan dan imunoterapi, terdapat ratusan obat; bidang ini telah mengalami ledakan.

Ada banyak uang yang dicurahkan ke dalam penelitian untuk pengobatan kanker yang menghasilkan kemajuan besar yang mempengaruhi kehidupan banyak pasien kanker.

Jadi, orang-orang jangan pernah berkecil hati. Banyak orang saat ini hidup harmonis dengan penyakit mereka. Bila Anda sedang menjalani pengobatan, Anda dapat menikmati kualitas hidup yang baik dan penyakit Anda dapat mengalami remisi atau dikendalikan, meskipun hal ini tidaklah sama dengan sembuh.

Anda diskors selama delapan bulan dan kini Anda sudah kembali berpraktek. Bagaimana perasaan Anda?

Ada sedikit kekhawatiran namun saya juga menantikannya. Saya merasa khawatir karena kini saya menyadari bahwa niat baik saja belum tentu cukup.

Di sepanjang praktek saya, bila berbicara mengenai memberikan saran kepada pasien mengenai pengobatan apa yang sebaiknya mereka jalani, saya selalu mengambil sudut pandang yang sangat sederhana – saya membayangkan pasien yang berada di hadapan saya adalah ayah saya, ibu saya, atau saudara kandung saya. Saya mencoba untuk membuatnya sederhana – bila Anda adalah ayah saya, saya pikir Anda sebaiknya menjalani operasi atau pengobatan ini.

Saya menyadari bahwa kini, praktek kedokteran mungkin telah berubah. Untuk sebagian besar pasien, cara pendekatan ini masih berlaku, namun di mata hukum, ini mungkin bukanlah cara yang tepat. Yang diwajibkan adalah memberitahukan semua pilihan yang tersedia, membantu mereka untuk memahaminya, dan biarkan mereka yang memutuskan sendiri pilihan mana yang mereka kehendaki.

Ke depannya, kurang lebih saya akan melakukan keduanya. Saya akan memberikan pilihan kepada pasien, dan saya juga akan mencoba untuk memandu mereka kepada apa yang saya pikir adalah yang terbaik bagi mereka. Namun saya masih tetap berencana untuk menangani pasien-pasien saya sebagai anggota keluarga dan bukan sebagai orang yang dapat menggugat saya.

Jimmy Yap

DIPOSTING DI Dekat dan Pribadi
Label kisah dokter spesialis kanker
DITERBITKAN 13 APRIL 2018