Berita & Artikel
7 Tips Inspiratif Penyintas Kanker untuk Melawan dan Menjalani Hidup Lebih Baik

Dengan keteguhan hati, keanggunan, dan sentuhan humor yang besar, penyintas kanker pankreas Brigid Pang membagikan kisah perjuangannya melawan penyakit serta cara ia kembali menikmati hidup setelahnya.
Ketika Brigid pertama kali merasakan nyeri tumpul di punggung bawah dan perut pada tahun 2022, ia menganggapnya hanya sebagai gangguan pencernaan atau tanda-tanda penuaan. “Semua orang di sekitar saya juga sering mengeluh sakit punggung,” kenangnya. “Jadi saya pikir itu hal biasa.”
Namun ketika rasa sakit itu tak kunjung hilang, dan setelah dorongan dari pendetanya untuk memeriksakan diri, Brigid menerima kabar yang mengubah hidupnya: kanker pankreas stadium 2B. “Saat mendengar kata-kata itu, waktu seolah berhenti. Saya merasa seperti terseret ke dunia lain, terpisah dari semua orang di sekitar saya. Saya berpikir, ‘Apakah ini akhir dari segalanya?’”
Syukurlah, itu bukan akhir. Setelah sembilan bulan menjalani pengobatan, termasuk, kemoterapi, operasi, dan radioterapi, Brigid berhasil melewatinya dengan dukungan penuh dari suami, keluarga, dan sahabat, serta kekuatan iman dan tekad untuk terus hidup. Dalam perjalanannya, Brigid, yang dikenal melalui usaha butik cheongsam miliknya, harus menutup gerai utama di Centrepoint dan mempercayakan pengelolaan toko di mal lain kepada staf lamanya.
Saat ia perlahan membangun kembali hidupnya setelah kanker, Brigid memetik banyak pelajaran berharga. Kini, dalam masa pemulihan, ia membagikan tujuh nasihat pribadi, bukan hanya untuk bertahan hidup dari kanker, tetapi juga untuk menjalani hidup dengan lebih bermakna setelahnya.
#1. Jangan Cari di Google
“Statistik kelangsungan hidup di internet benar-benar menakutkan,” katanya. “Teman-teman saya yang mencari tahu tentang diagnosis saya jadi sangat terpukul. Kakak saya bilang, ‘Jangan cari di Google. Fokus saja pada pengobatan.’”
Brigid memilih untuk melindungi diri dari hal-hal negatif dan mengarahkan energinya sepenuhnya untuk penyembuhan. “Jangan buang energi membayangkan kemungkinan terburuk. Gunakan energi itu untuk menjadi lebih baik.”
#2 “Beri Makan Anak Ayam di dalam Dirimu!”
Selama menjalani kemoterapi, Brigid mengalami perubahan pada indera pengecapnya. Nafsu makan menurun drastis, dan makanan yang dulu terasa enak kini terasa hambar. Namun ia tahu, menjaga berat badan yang sehat sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
“Maka saya berkata pada diri sendiri, perut saya ini seperti anak ayam kecil dan saya harus memberinya makan,” ujarnya sambil tersenyum. Brigid kemudian menemukan berbagai cara untuk membuat kegiatan makan terasa lebih mudah. “Saya menata makanan dengan cara ditumpuk agar porsinya terlihat kecil dan tidak menakutkan. Lalu, saya selalu menyiapkan segelas air hangat dengan sedikit perasan lemon untuk membantu menelan makanan. Saya memandang makan sebagai sebuah misi dan saya tetap melakukannya, bahkan saat ingin muntah.”
Sambil tertawa, Brigid menambahkan, “Saya ini memang tamjiak (bahasa Hokkien, artinya ‘rakus’) sejak dulu! Jadi saya gunakan sifat itu untuk keuntungan saya sendiri!”
#3 Rencanakan Asupan Lemak Sehat
Menjaga berat badan agar tetap ideal merupakan tantangan bagi setiap pasien kanker. Karena itu, Brigid selalu berusaha memasukkan sumber lemak sehat dan protein dalam setiap hidangan hariannya. “Saya makan ikan setiap hari,” tuturnya. “Saya juga membuat smoothie alpukat dengan es batu. Setiap malam sebelum tidur, saya minum satu sampai dua sendok makan minyak zaitun.” Brigid menekankan pentingnya memperhatikan kebutuhan gizi tubuh selama masa pengobatan. “Dalam setiap kali makan, saya selalu menyertakan porsi protein seukuran telapak tangan, dan saya menggantinya dengan berbagai jenis agar tidak bosan. Kita harus bijak dan terencana dalam memenuhi kebutuhan tubuh kita, terutama saat menjalani perawatan,” ujarnya
#4 Ciptakan Rutinitas dan Jalani dengan Konsisten
Menghadapi kanker dapat menjadi pengalaman yang penuh gejolak emosional. “Membuat rutinitas sangat membantu saya mengatur hari-hari saya,” ujar Brigid. Ia menyusun kegiatan hariannya berdasarkan waktu makan: sarapan pukul 9 pagi, makan siang pukul 12 siang, minum teh pukul 4 sore, makan malam pukul 7 malam, serta minum minyak zaitun setiap malam. “Itu bukan hanya tentang makanan,” jelasnya, “tetapi tentang meneguhkan diri melalui sesuatu yang teratur dan memiliki tujuan yang jelas.”
#5 Selipkan Aktivitas Fisik dalam Rutinitas Harian
“Saya bukan penggemar olahraga. Saya tidak bisa memaksa diri untuk ikut kelas olahraga atau pergi ke gym!” aku Brigid. Namun, seperti yang disarankan dokternya, olahraga teratur terbukti dapat menurunkan risiko kekambuhan pada kanker payudara dan kanker usus besar, dan hal itu juga bermanfaat bagi dirinya.
Sebagai gantinya, Brigid menjadikan gerak sebagai bagian dari gaya hidupnya. Ia berjalan kaki saat menjalankan urusan sehari-hari, menambah langkah dalam perjalanan, dan memastikan bergerak selama 30 menit hingga satu jam setiap hari. “Jangan terlalu mempersulit soal olahraga,” katanya. “Cukup jadikan gerak sebagai bagian dari keseharian.”
#6 Siapkan Sayuran Anda Sendiri
Melewati pengobatan kanker hanyalah awal. Tantangan sesungguhnya adalah membangun kembali kebiasaan sehari-hari, terutama dalam hal pola makan. Bagi penyintas kanker pankreas, mengontrol kadar gula darah sangat penting karena risiko diabetes cenderung lebih tinggi. Oleh karena itu, Brigid menjadikan pola makan tinggi serat dan rendah karbohidrat sebagai hal yang tidak bisa ditawar.
“Sulit sekali menemukan makanan tinggi serat kalau makan di luar!” ujarnya. “Jadi sekarang saya menyiapkan sayuran kukus dan salad sendiri: ubi panggang, paprika, sayuran hijau beraneka warna, dan buah-buahan. Saya selalu membawa satu kotak salad ke mana pun saya pergi.” Saat bepergian, ia pergi ke supermarket untuk membeli sayuran segar dan meracik saladnya sendiri. “Lucunya, ketika tubuh sudah terbiasa dengan makanan sehat, Anda bahkan tidak lagi menginginkan makanan yang tidak sehat,” katanya sambil tersenyum.
#7 Temukan Dukungan, Bahkan Setelah Pertarungan Usai
“Pemulihan bukan hanya soal fisik,” kata Brigid. “Suatu hari, saya melihat foto lama diri saya dan tiba-tiba menangis.” Suaminya bingung, tetapi Brigid menyadari bahwa ia sedang berduka atas dirinya yang dulu. “Saya sedang mengucapkan selamat tinggal pada ‘dia’. Kanker telah mengubah saya. Saya masih ceria, tetapi tidak lagi memiliki energi yang sama. Saya banyak berjuang secara emosional.”
Pertemuannya dengan kelompok pendukung kanker sangat membantunya. “Berbicara dengan orang-orang yang benar-benar memahami membuat perbedaan besar, terutama pada dua tahun pertama.”
“Mengidap kanker justru membebaskan saya. Dulu saya terlalu fokus pada pekerjaan dan tuntutan sehari-hari. Saya mencintai pekerjaan saya, tetapi itu juga membawa banyak stres. Sekarang saya mengutamakan diri sendiri. Saya belajar untuk berkata tidak, melepaskan, dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil bahkan pada rambut bergelombang saya setelah kemoterapi. Hidup sekarang terasa seperti liburan yang tidak berakhir.”
- Brigid Pang
Kisah ini menceritakan pengalaman pribadi dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat medis. Selalu konsultasikan dengan tim medis Anda untuk mengetahui langkah yang paling tepat sesuai dengan tahap perawatan atau pemulihan Anda.
| DIPOSTING DI | Dekat dan Pribadi |
| LABEL | kanker pankreas |
| BACA SELENGKAPNYA TENTANG | Kanker Pankreas |
| DITERBITKAN | 01 Oktober 2025 |
