Biopsi payudara: Kapan... dan mengapa?


Sebuah benjolan di payudara Anda tidak selalu berarti Anda memiliki kanker. Namun terkadang, apakah benjolan tersebut jinak atau ganas, tidaklah dapat ditentukan melalui pemeriksaan fi sik atau mammogram. Hasil yang paling dapat memberikan kesimpulan adalah melalui sebuah biopsi. Dokter spesialis bedah payudara Dr Wee Siew Bock berbicara mengenai prosedur tersebut.

Kanker payudara merupakan salah satu dari kanker yang paling umum terjadi pada wanita. Di Singapura, satu dari 11 wanita akan terkena kanker payudara dalam hidupnya dan dalam satu tahun, rata-rata 1.850 wanita di sini didiagnosis menderita kanker payudara. 10 wanita yang menderita kanker, tercatat 3 lain nya menderita kanker payudara.

Para dokter merekomendasikan kaum wanita untuk melakukan pemeriksaan fi sik secara berkala pada payudara mereka untuk melihat apakah terdapat benjolan. Dan kaum wanita didorong untuk melakukan mamogram tahunan sebagai deteksi dini yang terlah terbukti sangat efektif dalam menyelamatkan nyawa. Ketika sebuah benjolan terdeteksi, dokter terkadang dapat menyarankan pasien untuk melakukan biopsi untuk menentukan apakah benjolan tersebut bersifat kanker atau tidak.

Apakah yang dimaksud dengan biopsi?

Biopsi melibatkan pengambilan jaringan dari payudara untuk menguji apakah sel-sel tersebut bersifat kanker, ujar Dr Wee Siew Bock, seorang dokter spesialis bedah dari Wee Breast & General Surgery.

Sel-sel yang diambil diperiksa di bawah mikroskop dan diuji untuk memeriksa keberadaan sel-sel yang bersifat kanker.

“Biopsi merupakan suatu prosedur invasif namun memungkinkan dokter untuk memperoleh diagnosis yang lebih baik mengenai apa yang terjadi di dalam benjolan yang terdapat pada payudara,” ujarnya. “Hanya melalui biopsy dokter dapat mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam benjolan tersebut.”

Beberapa jenis biopsi tertentu dapat pula menentukan jenis tumor dan juga kecepatan pertumbuhannya.

Apakah adanya sebuah benjolan selalu berarti bahwa Anda harus menjalani biopsi?

Jawaban singkatnya adalah tidak, kata Dr Wee.

Pencitraan memungkinkan sejumlah kondisi untuk dilihat dan ini dapat membantu dokter untuk mengevaluasi apakah perlu dilakukan biopsi.

Dr Wee mengatkan bahwa sebuah gambar memberikan penilaian visual mengenai apakah sifat dari benjolan tersebut. “Ini agak mirip seperti membeli sebuah apel. Kita hanya dapat memeriksa secara visual apakah apelnya segar atau tidak, namun cara terbaik untuk mengujinya adalah dengan menggigit apel tersebut,” ujarnya.

Ketika seorang dokter melihat sebuah gambar, terdapat beberapa ciri tertentu yang dapat membantu mengindikasikan apakah benjolan tersebut jinak. Sebagai contoh, benjolan yang terlihat jelas, yang permukaannya tampak halus dan bila isi di dalam benjolan terlihat serupa atau seragam.

“Tidak ada satu cirri saja yang dapat memberi tahu kita bahwa benjolan tersebut aman. Kita harus melihat semua ciri bersama-sama,” ujar Dr Wee.

Terkadang, pasien ingin melakukan biopsi meskipun ciri visual benjolan menunjukkan bahwa benjolan tersebut tidak bersifat kanker. “Mungkin saja pasien memiliki riwayat kanker payudara dalam keluarganya atau baru saja mendengar seorang kawannya menderita kanker payudara. Terkadang, dalam kasus seperti itu, pasien ingin melakukan biopsi untuk meyakinkan bahwa benjolan tersebut tidak bersifat kanker dan demi ketenangan pikiran yang ditawarkan oleh hasil biopsi,” ujar Dr Wee.

Meskipun kualitas pencitraan telah secara bermakna menjadi lebih baik tahun demi tahun, gambar visual biasanya tidak cukup untuk menentukan sifat dari benjolan.

“Bila benjolan terlihat ‘aman’ pada gambar, namun kemudian benjolan tersebut mulai berkembang, maka itu bukanlah hal yang bagus,” ujar Dr Wee. “Sebuah gambar dapat terlihat ‘jelek’ dan buruk, namun bila benjolan tersebut tidak berubah seiring dengan berjalannya waktu, maka itu adalah hal yang bagus. Tingkah laku dari benjolanlah yang kita amati.”

Apakah sebagian besar wanita yang melakukan biopsi menderita kanker payudara?

Sekitar 80 persen wanita yang melakukan biopsi tidak menderita kanker. Meski demikian, ini tidak berarti bahwa biopsi merupakan suatu prosedur yang tidak penting, kata Dr Wee.

“Sekitar 99,5 persen orang yang memberli tiket lotere tidak menang,” ujarnya. “Bila Anda memiliki manfaat dari melihat ke belakang dan Anda mengetahui hasil biopsi, mudah untuk mengatakan ‘Oh, saya tidak perlu melakukan biopsi’. Namun ketika Anda memiliki benjolan pada payudara Anda, tidak ada yang dapat menghibur atau menenangkan Anda hingga Anda mengetahui dengan pasti apakah benjolan tersebut bersifat kanker atau tidak.”

Apakah ada kelemahan dari biopsi?

Tidak ada kelemahan untuk prosedur seperti itu, khususnya bila digunakan perangkat jarum. “Seperti halnya dengan sebagian besar prosedur, kemungkinan terjadi bengkak setelah prosedur dilakukan, namun hal itu sangatlah kecil bila Anda memikirkan ketenangan pikiran yang diberikan oleh hal tersebut kepada seorang pasien,” Dr Wee berkata.

Ketidaknyamanan kecil lainnya adalah bahwa prosedur ini dapat mempengaruhi beberapa bagian dari hidup seorang pasien, sebagai contoh, tidak dapat berolah raga selama beberapa hari.

Apa yang terjadi setelah biopsi?

Hasil biopsi akan keluar dalam waktu satu hari atau terkadang hingga dua atau tiga hari, bergantung kepada jumlah jaringan yang diambil dan diuji.

Bila benjolan tersebut dipastikan jinak, maka dokter hanya akan merekomendasikan pasien untuk melakukan skrining secara teratur untuk memeriksa bahwa benjolan tidak mengalami perubahan.

Dapat pula terjadi skenario lain, dimana tidak ada sel kanker yang terdeteksi namun hasil biopsi menunjukkan bahwa benjolan mungkin telah berkembang, ujar Dr Wee. Dalam kasus seperti itu, jadwal skrining pasien untuk kanker payudara dapat diubah sehingga ia harus menjalani skrining lebih sering.

Bila hasilnya positif terhadap sel-sel kanker, maka dokter akan menentukan sifat dari kanker dan merekomendasikan tindakan yang sesuai untuk melawan kanker. 

4 jenis biopsy 

  1. Aspirasi jarum halus: Sebuah jarum kecil, serupa dengan yang digunakan untuk mengambil darah, dimasukkan ke dalam payudara untuk mengambil jaringan dari benjolan.
  2. Biopsi jarum inti: Menggunakan jarum yang lebih “gemuk” kira-kira setebal ujung pensil. Jarum yang lebih besar seperti itu memungkinkan pengambilan lebih banyak jaringan untuk diuji.
  3. Alat biopsi dibantu vakum: Sebuaha sayatan kecil dibuat pada kulit dan sebuah jarum khusus biopsi, yang bertenaga vakum, dimasukkan ke dalam payudara untuk mengambil contoh jaringan.
  4. Membuang seluruh benjolan melalui operasi
     

Ketiga pilihan pertama semuanya dapat dilakukan dengan bius lokal, merupakan prosedur yang dilakukan di klinik dan umumnya tidak terlalu mengganggu pasien.

Sedapat mungkin, dokter mencoba menghindari operasi karena hal ini dilakukan dengan bius umum, yang memiliki risiko tersendiri, dan masa pemulihan pasien secara bermakna lebih lama. Operasi juga membutuhkan biaya yang lebih besar karena harus dilakukan di rumah sakit.

“Ini sangat bergantung kepada jenis abnormalitas yang ditemukan pada payudara. Sebagai contoh, bila benjolan tidak seragam, apakah prosedur menggunakan jarum dapat mengambil contoh jaringan yang mewakili semuanya sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan?” ujar Dr Wee.

Operasi juga direkomendasikan ketika benjolan terletak terlalu dalam pada payudara dan terletak di dekat dinding dada, sehingga sulit untuk mencapainya dengan sebuah jarum.

Dr Wee mengatakan bahwa dengan kemajuan jarum belakangan ini, pemikiran pertama dari seorang dokter adalah bagaimana cara memperoleh hasil biopsi yang terbaik melalui perangkat jarum, ketimbang melakukan operasi, yang merupakan pilihan utama 20 tahun lalu.   

Ben Tan  

DIPOSTING DI Perawatan Kanker
Label benjolan kanker, diagnosis kanker, dr wee siew bock, mamografi
Baca Selengkapnya Tentang Kanker Payudara
DITERBITKAN 13 APRIL 2017