Pengobatan Pribadi untuk Kanker

Disumbangkan oleh: Dr Khoo Kei Siong

Pengobatan kanker pribadi

Pertandingan sedang berlangsung untuk membuat pengobatan kanker yang lebih spesifik dan ditargetkan hanya untuk menyerang sel kanker saja, dan dalam dosis yang disesuaikan untuk tiap orang.

Di masa depan, pasien kanker akan semakin memperoleh pengobatan pribadi karena para ahli kanker telah lebih memahami aspek biologi dari kanker dan dapat merancang pengobatan baru yang menyerang sel-sel kanker dengan kecanggihan yang lebih besar.

“Pemahaman kami akan aspek biologi dari kanker kini memungkinkan kami untuk memiliki cakupan yang semakin luas dari terapi target yang efektif,” ujar Dr Khoo Kei Siong, Wakil Direktur Medis di Parkway Cancer Centre (PCC), dalam sebuah seminar baru-baru ini. “Pengobatan kanker akan semakin disesuaikan dan diindividualisasikan berdasarkan susunan genetik dan sifat molekuler sel-sel kanker.”

Ia mengutip contoh penggunaan kanker payudara HER2-positif sebagai contoh bagaimana para ahli kanker dapat mengidentifikasi jenis kanker payudara tertentu dan mengobatinya dengan terapi yang menargetkan sebuah protein yang spesifik dalam tubuh.

HER2 merupakan singkatan dari human epidermal growth factor receptor 2 dan ia merupakan gen yang berperan dalam perilaku kanker payudara. Gen HER2 membuat reseptor HER2 pada sel-sel yang mengendalikan bagaimana sel-sel tersebut bertumbuh dan membelah diri. Namun, pada beberapa kanker payudara, gen HER2-nya cacat dan membuat terlalu banyak salinan dirinya. Hal ini kemudian menyebabkan sel-sel payudara bertumbuh dan membelah secara tak terkendali.

Bila para ahli kanker dapat menentukan bahwa seorang pasien tertentu memiliki kanker payudara HER2-positif, hal tersebut memungkinkan mereka untuk menawarkan obat yang menargetkan protein khusus ini. Sebagai hasilnya, HER2 merupakan biomarker dan dapat digunakan untuk melihat pasien mana yang dapat memperoleh manfaat dari jenis pengobatan khusus ini, dan pasien mana yang tidak dapat diobati dengan cara ini, ujar Dr Khoo.

Contoh mengenai biomarker HER2 merupakan hal yang sudah lama, namun seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak biomarker yang telah ditemukan dan semakin banyak pula obat-obatan yang telah dikembangkan untuk menyerang protein atau molekul yang berbeda-beda.

“Pada akhirnya, kami pikir terapi target seperti ini dan keberadaan biomarker akan memungkinkan kami untuk memilih pengobatan yang tepat dan untuk menyesuaikan pengobatan kami untuk masing-masing dan setiap pasien,” ujarnya.

“Kita bahkan dapat menggunakan penanda (marker) untuk memberi tahu bagaimana seorang pasien akan merespon suatu obat tertentu, apakah kita harus memberikan dosis yang lebih tinggi atau lebih rendah.”

Ia mengatakan bahwa banyak perkembangan yang terjadi dengan adanya pemahaman yang lebih baik mengenai kanker. “Untuk dapat mengatasi suatu masalah, pertama-tama Anda harus memahami apa yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut, apa yang membuat sel-sel kanker bertumbuh, apa yang membuatnya menyebar, apa yang membuatnya merusak jaringan.”

Dr Khoo Kei Siong mengatakan bahwa karya Profesor Robert Weinberg di Massachusetts Institute of Technology merupakan hal yang penting dalam menjabarkan keunggulan kanker sehingga memungkinkan para ahli kanker untuk memahami kanker secara lebih baik. “Karena kini kami memahami fakta-fakta ini, kami dapat merancang strategi yang spesifik yang menangani masing-masing dan setiap sifat ini.”

Sebagai contoh, salah satu keunggulan kanker adalah kemampuannya untuk menghindari sistem imun. “Sistem imun kita yang sangat efektif dalam melumpuhkan bakteri dan virus tidak berkutik terhadap kanker,” imbuhnya. Namun, dengan mengetahui bahwa kanker memiliki sifat ini, para peneliti dapat merancang terapi untuk menggagalkan penghindaran dari sistem imun. Inilah asal-muasal tercipatnya pengobatan seperti imunoterapi.

“Sel-sel imun kita seharusnya mampu melihat sel-sel kanker dan mengejarnya, namun sel kanker dapat mengeluarkan suatu zat tertentu, seperti perisai mata, yang menutupi mata sel-sel imun. Sel-sel imun menjadi buta; mereka tidak dapat mengenali sel-sel kanker.

“Bila saya dapat merancang sebuah molekul yang mencegah perisai mata menutupi mata, maka sel-sel imun akan mengejar kanker. Dan itulah yang dilakukan oleh imunoterapi,” ujarnya.

Kanker dapat membunuh karena ia dapat menyebar dan merusak organ-organ lain (metastasis). “Bila kita dapat mengendalikan metastasis, bila kita dapat memperkecil ukuran mereka, tidak memberikan mereka kesempatan untuk bertumbuh atau mengganggu fungsi organ, biasanya hal tersebut akan terlihat dengan adanya perbaikan pada gejala, baik dalam hal batuk atau nyeri atau sesak napas; hal tersebut akan memperbaiki kualitas hidup. Pada banyak kasus, hal ini juga akan meningkatkan kelangsungan hidup.”

Sebagian besar terapi target yang baru saat ini digunakan untuk mengobati kanker yang telah menyebar, yaitu penyakit yang sudah berada dalam stadium lanjut.

Di masa depan, terapi target dan imunoterapi juga dapat berguna dalam pengobatan kanker stadium dini yang mungkin memiliki mikrometastasis. Mikrometastasis “tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tidak dapat dirasakan dengan tangan kita, tidak dapat dilihat meskipun menggunakan pemindai yang canggih,” Dr Khoo Kei Siong menjelaskan.

“Bila mikrometastasis dibiarkan, banyak yang kemudian bermanifestasi pada stadium lanjut, satu tahun kemudian, dua tahun kemudian, atau kadang-kadang lima tahun kemudian pada organ-organ yang lain.”

Namun, karena mikrometastasis masih sangat kecil, para ahli kanker memiliki kesempatan untuk memusnahkannya dengan pengobatan. “Pemusnahan mikrometastasis pada kanker stadium dini mencegah terjadinya kekambuhan dan meningkatkan angka kelangsungan hidup jangka panjang,” ujar Dr Khoo.

Seminar “Understanding Cancer and Beyond” diselenggarakan oleh Channel NewsAsia dan PCC dan diadakan di Pan Pacific Singapore hotel.

Jimmy Yap
DIPOSTING DI Perawatan Kanker
Label cara baru untuk mengobati kanker, imunoterapi, kanker metastatik, obat kanker, terapi yang ditargetkan / terapi target
Baca Selengkapnya Tentang Kanker Payudara
DITERBITKAN 11 JANUARI 2018